Bazaar Takjil Benhil telah menjadi salah satu tradisi yang sangat dinantikan oleh masyarakat Jakarta selama bulan Ramadhan. Acara ini tidak hanya menjadi tempat untuk mencari makanan takjil yang lezat dan murah, tetapi juga menjadi ajang untuk berbagi dan bersilaturahmi dengan sesama umat muslim.
Di tengah hiruk pikuknya keramaian Bazaar Takjil Benhil, terdapat sebuah filosofi yang cukup menarik yang bisa kita ambil hikmahnya. Filosofi tersebut adalah “Bubur Kampiun”. Bubur kampiun adalah sebutan untuk bubur ayam yang menjadi salah satu makanan favorit di bazaar tersebut.
Filosofi “Bubur Kampiun” ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki. Meskipun bubur ayam terlihat sederhana, namun ia tetap menjadi pilihan yang tepat untuk dinikmati di tengah kesibukan kita. Begitu pula dengan kehidupan, terkadang kita terlalu fokus pada hal-hal yang besar dan mewah, sehingga sering kali kita lupa mensyukuri hal-hal kecil yang sebenarnya sangat berarti.
Selain itu, bubur kampiun juga mengajarkan kita tentang kebersamaan dan gotong royong. Di bazaar takjil Benhil, kita bisa melihat bagaimana para penjual dan pembeli saling bekerja sama untuk menciptakan suasana yang harmonis dan penuh kebahagiaan. Mereka saling membantu dalam proses jual beli, saling tertawa dan bercanda, serta saling menghargai satu sama lain.
Dengan adanya filosofi “Bubur Kampiun” di balik strategisnya Bazaar Takjil Benhil, kita diingatkan untuk selalu mensyukuri apa yang kita miliki, bersama-sama menjaga kebersamaan dan gotong royong, serta tidak melupakan hal-hal kecil yang sebenarnya memiliki makna yang besar dalam kehidupan kita. Semoga tradisi Bazaar Takjil Benhil dan filosofi “Bubur Kampiun” ini terus menginspirasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan.