Perayaan dan tradisi equinox merupakan peristiwa alam yang sangat penting bagi berbagai budaya di seluruh dunia. Equinox sendiri adalah waktu di mana panjang siang dan malam sama-sama sepanjang 12 jam, yang terjadi dua kali setahun pada bulan Maret dan September.
Di berbagai negara, perayaan equinox sering kali dijadikan sebagai momen untuk merayakan keberagaman alam dan kehidupan. Salah satu tradisi yang paling populer adalah perayaan equinox di Stonehenge, Inggris. Pada saat equinox, ribuan orang berkumpul di situs purbakala ini untuk menyaksikan matahari terbit tepat di atas batu-batu raksasa yang membentuk lingkaran.
Di Jepang, perayaan equinox dikenal dengan nama “Higan”. Selama tujuh hari sebelum dan sesudah equinox, umat Buddha melakukan ritual untuk menghormati leluhur mereka. Mereka juga mengunjungi makam keluarga dan membersihkannya sebagai tanda penghormatan.
Sementara itu, di Meksiko, perayaan equinox disebut sebagai “Día de los Muertos” atau Hari Orang Mati. Pada saat ini, orang-orang Meksiko merayakan dan mengenang para leluhur mereka yang telah meninggal dengan cara menghiasi makam dan membuat altar khusus di rumah mereka.
Di Indonesia sendiri, tradisi perayaan equinox tidak begitu populer namun beberapa suku di Indonesia juga memiliki tradisi yang serupa. Misalnya, suku Batak di Sumatera Utara memiliki tradisi “Mangale”. Pada saat equinox, mereka melakukan pembersihan dan persembahan kepada leluhur mereka sebagai ungkapan terima kasih atas hasil panen yang melimpah.
Perayaan dan tradisi equinox di berbagai negara memperlihatkan betapa pentingnya hubungan manusia dengan alam dan kehidupan. Dalam merayakan equinox, kita diingatkan untuk selalu bersyukur atas segala anugerah yang diberikan alam kepada kita serta menjaga keseimbangan alam agar tetap harmonis dan lestari.