Perubahan pola penyakit merupakan salah satu dampak dari perubahan lingkungan dan gaya hidup yang semakin modern. Untuk menghadapi perubahan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif dari hulu ke hilir.
Pendekatan hulu berarti mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab utama perubahan pola penyakit. Misalnya, polusi udara dan air, deforestasi, perubahan iklim, serta pola makan yang tidak sehat. Dengan mengidentifikasi faktor-faktor ini, kita dapat melakukan langkah-langkah preventif untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit.
Salah satu langkah preventif yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki lingkungan hidup. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi polusi udara dan air, menghijaukan kembali wilayah yang telah terdeforestasi, serta mengadopsi pola makan yang sehat. Selain itu, edukasi masyarakat juga sangat penting agar mereka bisa memahami pentingnya menjaga lingkungan untuk mencegah penyakit.
Pendekatan hilir, di sisi lain, berfokus pada upaya penanggulangan dan pengobatan penyakit. Dalam hal ini, perlu adanya sistem kesehatan yang berkualitas dan terjangkau untuk semua lapisan masyarakat. Selain itu, peningkatan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan juga perlu ditingkatkan, terutama di daerah-daerah terpencil.
Perlu dipahami bahwa pendekatan hulu dan hilir merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama. Tanpa pendekatan hulu yang baik, upaya penanggulangan penyakit di tingkat hilir akan sulit untuk dilakukan. Sebaliknya, tanpa pendekatan hilir yang baik, upaya preventif di tingkat hulu juga akan sulit untuk memberikan hasil yang maksimal.
Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, hingga masyarakat itu sendiri untuk melakukan pendekatan hulu dan hilir guna menghadapi perubahan pola penyakit. Dengan demikian, kita dapat mencegah penyakit sejak dini dan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia.