Seorang cendekiawan Muslim baru-baru ini mengingatkan pentingnya skeptisisme dalam isu boikot yang sedang marak belakangan ini. Dalam sebuah wawancara, ia menekankan bahwa sebelum memutuskan untuk ikut serta dalam boikot terhadap suatu produk atau perusahaan, penting bagi umat Muslim untuk melakukan penelitian yang mendalam dan kritis terlebih dahulu.
Menurut cendekiawan tersebut, boikot merupakan tindakan yang tidak boleh dianggap enteng karena dapat memiliki dampak yang luas, tidak hanya bagi perusahaan yang menjadi target boikot, tetapi juga bagi masyarakat luas dan ekonomi negara. Oleh karena itu, sebelum mengikuti ajakan boikot, umat Muslim harus memastikan bahwa informasi yang mereka terima benar dan tidak hanya berdasarkan pada isu-isu yang bersifat tendensius atau emosional.
Cendekiawan tersebut juga menegaskan pentingnya untuk tidak terjebak dalam propaganda atau informasi palsu yang sering kali disebarluaskan dalam isu-isu boikot. Sebagai umat Muslim yang berakal, ia menekankan bahwa kita harus mampu menyaring informasi yang benar dan mengabaikan informasi yang tidak jelas atau tidak terverifikasi.
Lebih lanjut, cendekiawan tersebut mengajak umat Muslim untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan terkait boikot. Sebaliknya, kita harus melakukan diskusi dan dialog dengan berbagai pihak untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih luas dan mendalam. Dengan cara ini, kita akan dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dan tidak terjebak dalam polarisasi atau konflik yang tidak produktif.
Dalam akhir wawancara, cendekiawan tersebut menegaskan bahwa skeptisisme yang sehat adalah sebuah sikap yang penting bagi umat Muslim dalam menghadapi isu-isu kontroversial seperti boikot. Dengan bersikap kritis dan rasional, kita akan dapat menghindari kesalahan dan konflik yang tidak perlu, serta menjaga hubungan antarumat beragama dan antarnegara tetap harmonis.